Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Menulislah untuk Kebaikan

Dua tahun belakangan ini, aku sering memikirkan mengenai catatan amal, memikirkan tugas malaikat yang setia berada di sebelah kiri dan kananku, yang tak luput sekejap pun mencatat segala kelakuanku. Apa yang bisa kulakukan agar malaikat sebelah kananku nampak sibuk, dan membujuk malaikat di sebelah kiriku agar ‘duduk manis’ saja? Dengan cara apa aku menabung pahala? Bagaimana memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya? Apa saja yang dapat kuperbuat untuk menanam modal sebagai investasi akhiratku, kelak? Nyatanya kemampuanku masih sebatas merangkai kata-kata. Ya, aku memilih menulis sebagai salah satu ladang investasi terbesarku, walaupun sebenarnya aku bukanlah seorang penulis. Ada satu suntikan semangat yg luar biasa dari seorang penulis yg mungkin tak asing lagi bagi kita, yaitu Ahmad Rifai Rifan. Yakni ketika nanti di Mahsyar aku terbelalak melihat catatan amalku. “Ya Allah, bukankah timbangan amal baik ku tidak seberat ini? Kemudian betapa indahnya ketika aku mendapat...

please.. come back my "true friends"

Dulu, saat masih SMP, teman-temanku bilang "Katanya masa SMA itu yg paling indah, pokonya seru deh". Itu kata temanku. Tapi, kenyataannya? Aku lebih menyukai masa SMP-ku, dimana aku mempunyai lebih banyak teman, sahabat, orang yang peduli masih banyak. Sekarang, aku bahkan seperti hidup sendirian, tak mempunyai teman. Menurutku, di SMA orang-orang yang individualisme semakin banyak, orang dengan keegoisannya yang tinggi, orang-orang bermuka dua mulai bermunculan, aku semakin membenci masa SMA-ku. Aku mulai kehilangan sahabat-sahabatku, hanya karena masalah "CINTA". Ya mungkin ini wajar. Aku bahkan seperti tak mempunyai "real friend". Saat aku sedang sedih, hanya sedikit yang peduli. Aku seperti hidup sendirian di Planet ini. Ketika sedang kesusahan, aku mencoba menyelesaikannya sendiri. Semakin hari, satu-per-satu sahabatku menghilang. Aku benci diriku sendiri. Aku selalu bertanya-tanya "apa salahku?". Aku selalu berusaha berbuat baik da...

I'm sorry, because I love you..

Aku sadar semua yang telah aku lakukan hanya menambah luka dihatimu.. Aku sadar, aku yang datang menawarkan sejuta cinta untukmu. Tetapi, aku juga yang menawarkan kesakitan itu.. Maafkan aku.. Sungguh menyesal diri ini membuat hatimu terluka. Aku mohon, izinkan sekali lagi, aku hadir untuk mengobati luka yang telah ku torehkan kepadamu.. Jangan pergi tinggalkan aku.. Sejuta maaf aku sampaikan dari lubuk hatiku.. Cinta ini hanyalah untukmu.. I'm sorry, because I Love You.. -finding you-

Maafkan aku..

Inilah aku dengan segala kekuranganku. Tak terasa, sudah lima bulan kita bersama. Kehadiranmu membuat ku lupa semua tentangnya, semua rasa sakit yang kurasa. Bayang-bayang tentangnya mulai hilang, kau dengan cepat membuat hariku kembali berwarna. Semua tingkahmu membuatku kembali bangkit dari keterpurukan itu. Mengisi hatiku yang saat itu sedang hampa. Kau menciptakan kenyamanan itu. Kau mengobati hatiku yang sedang terluka. Kini rasa sayangku kepadamu semakin besar, rasa takut akan kehilanganmu semakin menjadi.  Tetapi, saat aku mengkhawatirkanmu, kau selalu bersikap acuh padaku. Kau tak pernah tahu bagaimana perasaanku. Apa aku salah, mengkhawarikanmu? Maaf, maafkan aku, jika aku terlalu bersikap berlebihan. Maaf, maafkan aku yang terlalu takut kehilanganmu. Aku hanya ingin menjadi yang terbaik untukmu. Aku hanya tak ingin kau pergi meninggalkan ku, seperti ia yang tak kembali lagi. Hanya dicintaimu dengan tulus saja, aku sudah bahagia.. Terima...

Aku menyerah..

Terkadang, aku ingin menyerah dengan semuanya. Aku terlalu lelah untuk bertahan, namun aku terlalu sakit untuk melepaskan. Aku hanya seorang manusia biasa, yg mempunyai hati tak seperti rasulullah yg selalu sabar menghadapi apapun. Hatiku tak terbuat dari baja. Jika terus menerus disakiti, hatiku akan rapuh, tak kuasa menahan sakit.  Andai saja aku dapat memeluk tuhan. Jika hal itu dapat dilakukan, akan ku peluk erat, menceritakan semua apa yg sedang terjadi padaku, aku akan menangis sepuasnya dibahunya. Tapi hal itu mustahil terjadi. Aku tahu bahwa tuhanku selalu bersamaku, aku hanya bisa bersujud memohon ampunannya, memohon agar aku selalu berada dilindungannya. Aku lelah, aku tak bisa terus menerus seperti ini. Aku bahkan sering berpikir, bahwa tuhan tak adil. Mengapa cobaan terus menerus datang dikehidupanku? Aku bahkan sempat kecewa, kecewa terhadap orang disekelilingku. Memaafkan seseorang memang mudah, bahkan sangat mudah. Tapi, luka yang menggores hati ini ...