Postingan

Pernah ga sih kamu ngerasa dititik yang paling kamu benci? Dimana kamu ngerasa lelah sama semuanya. Disaat kamu lagi butuh banget seseorang yang bisa ngerti keadaan kamu. Disaat kamu butuh temen curhat yang rela ngasih sandarannya tanpa tanya kamu kenapa tapi dia ngerti apa yang kamu maksud. Disaat kamu cape hadepin orang yang selama ini kamu pertahanin meskipun kamu sebenernya udah ga mampu lagi buat kamu pertahanin. Disaat orang yang kamu sayang dan biasanya selalu ada malah pergi gitu aja karena keegoisan kamu Disaat orang yang kamu sayang tanpa sedikitpun perduli tentang apa yang kamu rasain saat itu Disaat hati kamu hancur sehancurnya dan kamu menangis sekenceng kencengnya. Satu satun kemarin aku lagi jatuh sejatuh jatuhnya. Disaat aku kehilangan sahabat lamaku demi sahabat baru. Disaat kehilangan sahabat baru demi sosok yang aku cintai. Kehilangan teman yang paling aku percayai. Dimana aku harus berkali kali bertengkar dengan orang orang yang aku sayangi. Dimana aku

Sebuah Perubahan

Aku merasa semakin hari, kamu semakin berubah. Sikap kamu semakin dingin kepadaku. Tidak ada perhatian lagi. Tidak ada larangan lagi. Aku meridukan kekangan kamu. Perubahan pasti akan selalu ada. Aku tau ini wajar. Mungkin kamu merasa bosan dengan hubungan kita yang hanya begini saja. Dan aku tau, aku memang membosankan, seperti pengakuanmu kemarin. Aku hanya takut ada wanita lain yang menggantikan posisiku dihatimu. Salahkah aku sebagai kekasihmu ingin selalu kamu manjakan? Salahkah aku sebagai kekasihmu ingin kamu perhatikan? Aku tak akan memintamu apa-apa, aku hanya ingin kamu yang dulu, yang selalu menjadi moodboosterku. Bukan yang sekarang, kamu yang dingin, selalu aku yang harus memulai, selaluh aku yang harus memilih. Ini cukup membebani pikiranku. Jika ini terus dipaksakan, mungkin perasaanmu akan semakin hambar. Kamu tak akan ada lagi perasaan padaku. Aku harus selalu siap kamu tinggalkan. Walaupun berat. Membayangkannya saja aku tak akan mampu. Aku harap, semua ini hanya

Dear you, my best friend.

Aku terbangun di suatu pagi yang teramat dingin. Tak sengaja aku melihat sebuah fotoku bersama sahabat-sahabatku. Aku teringat kembali masa-masa dimana kita bersama, tertawa bersama, merasakan kesulitan bersama. Aku ingin sekali kembali pada masa itu. Kembali lagi menjalin persahabatan itu. Kembali tertawa bersama-sama lagi. Kembali merasakan bagaimana menyelesaikan suatu masalah bersama. Air mataku tak bisa aku tahan lagi. Aku kini menangis merindukan persahabatan kita. Aku tau, semua ini salahku. Aku tau, aku yang memulai semua kesenjangan ini. Aku tau, aku yang egois, karena aku lebih memilih cintaku yang buta ini. Aku yang terlalu takut kehilangan apa yang aku miliki saat ini. Kini, aku sadar bahwa tak ada yang lebih berharga selain sebuah persahabatan. Tak ada yang mengerti air mataku selain kalian, sahabatku. Tak ada yang bisa membuat aku tertawa lepas selain kalian. Tak ada lagi yang bisa membuat hal konyol seperti kalian. Maaf, maafkan aku. Maafkan aku yang terlalu mempe

Menulislah untuk Kebaikan

Dua tahun belakangan ini, aku sering memikirkan mengenai catatan amal, memikirkan tugas malaikat yang setia berada di sebelah kiri dan kananku, yang tak luput sekejap pun mencatat segala kelakuanku. Apa yang bisa kulakukan agar malaikat sebelah kananku nampak sibuk, dan membujuk malaikat di sebelah kiriku agar ‘duduk manis’ saja? Dengan cara apa aku menabung pahala? Bagaimana memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya? Apa saja yang dapat kuperbuat untuk menanam modal sebagai investasi akhiratku, kelak? Nyatanya kemampuanku masih sebatas merangkai kata-kata. Ya, aku memilih menulis sebagai salah satu ladang investasi terbesarku, walaupun sebenarnya aku bukanlah seorang penulis. Ada satu suntikan semangat yg luar biasa dari seorang penulis yg mungkin tak asing lagi bagi kita, yaitu Ahmad Rifai Rifan. Yakni ketika nanti di Mahsyar aku terbelalak melihat catatan amalku. “Ya Allah, bukankah timbangan amal baik ku tidak seberat ini? Kemudian betapa indahnya ketika aku mendapat

please.. come back my "true friends"

Dulu, saat masih SMP, teman-temanku bilang "Katanya masa SMA itu yg paling indah, pokonya seru deh". Itu kata temanku. Tapi, kenyataannya? Aku lebih menyukai masa SMP-ku, dimana aku mempunyai lebih banyak teman, sahabat, orang yang peduli masih banyak. Sekarang, aku bahkan seperti hidup sendirian, tak mempunyai teman. Menurutku, di SMA orang-orang yang individualisme semakin banyak, orang dengan keegoisannya yang tinggi, orang-orang bermuka dua mulai bermunculan, aku semakin membenci masa SMA-ku. Aku mulai kehilangan sahabat-sahabatku, hanya karena masalah "CINTA". Ya mungkin ini wajar. Aku bahkan seperti tak mempunyai "real friend". Saat aku sedang sedih, hanya sedikit yang peduli. Aku seperti hidup sendirian di Planet ini. Ketika sedang kesusahan, aku mencoba menyelesaikannya sendiri. Semakin hari, satu-per-satu sahabatku menghilang. Aku benci diriku sendiri. Aku selalu bertanya-tanya "apa salahku?". Aku selalu berusaha berbuat baik da

I'm sorry, because I love you..

Aku sadar semua yang telah aku lakukan hanya menambah luka dihatimu.. Aku sadar, aku yang datang menawarkan sejuta cinta untukmu. Tetapi, aku juga yang menawarkan kesakitan itu.. Maafkan aku.. Sungguh menyesal diri ini membuat hatimu terluka. Aku mohon, izinkan sekali lagi, aku hadir untuk mengobati luka yang telah ku torehkan kepadamu.. Jangan pergi tinggalkan aku.. Sejuta maaf aku sampaikan dari lubuk hatiku.. Cinta ini hanyalah untukmu.. I'm sorry, because I Love You.. -finding you-

Maafkan aku..

Inilah aku dengan segala kekuranganku. Tak terasa, sudah lima bulan kita bersama. Kehadiranmu membuat ku lupa semua tentangnya, semua rasa sakit yang kurasa. Bayang-bayang tentangnya mulai hilang, kau dengan cepat membuat hariku kembali berwarna. Semua tingkahmu membuatku kembali bangkit dari keterpurukan itu. Mengisi hatiku yang saat itu sedang hampa. Kau menciptakan kenyamanan itu. Kau mengobati hatiku yang sedang terluka. Kini rasa sayangku kepadamu semakin besar, rasa takut akan kehilanganmu semakin menjadi.  Tetapi, saat aku mengkhawatirkanmu, kau selalu bersikap acuh padaku. Kau tak pernah tahu bagaimana perasaanku. Apa aku salah, mengkhawarikanmu? Maaf, maafkan aku, jika aku terlalu bersikap berlebihan. Maaf, maafkan aku yang terlalu takut kehilanganmu. Aku hanya ingin menjadi yang terbaik untukmu. Aku hanya tak ingin kau pergi meninggalkan ku, seperti ia yang tak kembali lagi. Hanya dicintaimu dengan tulus saja, aku sudah bahagia.. Terimakasih unt